Senin, 10 Juni 2013

Rp 500

Sebenarnya gue udah lama pengen nulis tentang ini. Dan karena punya bakat nunda-nunda jadinya kelupa. Akhirnya tadi keingetan lagi karena satu sebab.

Lima ratus rupiah. Banyak teman gue yang sering nyia-nyiain duit logaman yang ada angka lima dan nol dua itu. Bagi mereka itu ngeberat-beratin kantong/dompet/tas mereka. Mereka rela ngasih gitu aja, ngeletakin gitu aja, atau bahkan ngebuang gitu aja logaman putih paling gede diantara semua duit logam itu. Gue termasuk ko. Dulu gue gitu, gue ga terlalu menganggap duit yang bahasa sehari-harinya disebut gopean itu berharga. Namanya juga cuma lima ratus rupiah. Masih banyak nilai mata duit yang lebih berharga dibanding lima ratus itu. Tapi bukan berarti gue ngebuang-buang duit gopean begitu aja, engga gitu juga. Gue ga pernah buang duit gopean, soalnya lumayan untuk ongkos. Gue cuma mikir ga ada yang spesial dari logam bernilai lima ratus itu. Sampai akhirnya suatu kejadian merubah pikiran gue, merubah pandangan gue terhadap 'gopean'.

Kejadian ini udah lumayan lama, gue adalah pemakai kendaraan umum untuk pergi kemana-kemana, especially ke kampus. Kadang naik kereta kadang naik angkot, naik kereta pas lagi banyak duit naik angkot pas udah jatuh miskin karena keseringan naik kereta. Kalau naik angkot gue akan melewati lampu merah yang detik lampu merahnya 3 kali lipat dari detik lampu hijaunya. Bukan berlebihan, em sedikit berlebihan sih, paling dua kali lipat lah, tapi ya yang pasti kalau pas lagi sial bisa kena berkali-kali lampu merahnya.

Nah hal itu dimanfaatin banget sama pengamen jalanan untuk mencari rejeki bagi mereka. Ya, berkat detik lampu merah yang lama itu banyak pengamen-pengamen di sekitar lampu merah itu. Kalau pas lampu merah mereka semua langsung sigap nyari angkot yang penumpangan lumayan penuh atau yang penumpangnya bermuka-muka 'bakal ngasih'.

Siang hari dalam perjalanan ke kampus ada seorang pengamen yang masuk ke angkot yang lagi gue naikin dan seperti pada umumnya pengamen, sehabis ngasih kata-kata pembuka ijin untuk sebentar ngamen, dia nyanyi. Suaranya standar sih, tampangnya juga standar pengamen, ga yang banyak tindik dimana-mana, tato memenuhi seluruh lengan, bau rokok, dan lain segala macam. Pengamen itu lumayan rapih, tapi ya rapih dalam arti untuk pengamen jalanan, kaos biasa, celana jeans bolong, kepala botak, dan muka yang sangar engga muka kalem juga engga. Karena mood gue lagi jelek saat itu, kepanasan dan kesel karena lampu merah yang lama, gue malas untuk sekedar ngecek dompet apa ada duit receh yang bisa dikasih. Dan selesai dia nyanyi, dia nyodorin tangannya ke masing-masing penumpang yang ada diangkot termasuk gue, dan cuma satu gopean yang dia dapat dari satu orang. Iya, cuma satu. Dari beberapa orang yang ada di angkot itu cuma satu yang ngasih, cuma satu logaman lima ratus yang dia peroleh. Dan kalian semua tau apa yang dia lakukan? bukan, dia ga turun dari angkot sambil mengumpat atau ngatain kita semua yang ada diangkot itu pelit. Dia ga ngancem kita dan minta kita yang ga ngasih untuk ngasih.

Dia bersyukur..
Iya dia bersyukur. Dia liat satu-satunya logam gopean ditangan dia itu, terus ngucapin kalimat yang akhirnya mengubah penilaian gue terhadap gopean.

"Alhamdullilah ya Allah"

Hari itu, siang itu, gue ngerasa Tuhan lagi ngasih liat gue sisi lain tentang kehidupan, sisi lain dimana kita sering lupa untuk ngeliat kehidupan dari sisi itu. Hal baru, pelajaran baru tentang kehidupan. Siang itu gue akhirnya tau satu hal, dari sebuah logam yang dicetak dengan angka lima dan dua buah mol disalah satu sisinya bisa membuat sebuah keajaiban. Bisa membuat seseorang bersyukur. Kegiatan yang begitu mudah kita semua lakukan dan begitu mudah juga terlupakan. Kegiatan yang begitu penting namun sering terabaikan. Kegiatan yang menurut kita hanya bisa kita lakukan ketika sesuatu yang besar terjadi, hal yang membawa kesenangan yang besar, namun sebenarnya kegiatan itu bisa kita lakukan dengan segala sesuatu yang ada disekitar kita. Apapun yang terjadi, Dia menginginkan kita untuk selalu bersyukur. Bersyukur kepada-Nya.

Siang itu akhirnya gue tau, dari duit gopean gue bisa melihat sebuah keajaiban. Melihat seseorang bersyukur, melihat betapa orang menghargai setiap apa yang dia hasilkan sekecil apapun itu, tidak mengeluh, tidak berkecil hati atau bersedih dengan nilai yang sebenarnya kurang mencukupi itu. Ada kalangan masyarakat yang menganggap duit logam lima ratus tak bernilai, sering terlupakan. Ada juga kalangan masyarakat yang bisa mengucap syukur untuk setiap kepingan logam yang mereka punya. Begitu bernilai, mungkin melebihi nilai yang tercantum dilogam tersebut bagi mereka. Selalu ada dua sisi, seperti duit logam yang memiliki dua sisi. Um sepertinya bukan cuma dua sisi, kehidupan tidak hanya mempunyai dua sisi, dia punya banyak sisi. Sisi yang diciptakan oleh kita, manusia, yang memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang satu hal yang ada dalam hidup ini. Satu hal bisa memiliki banyak makna dikarena kita memberikan arti yang berbeda-beda dengan cara berpikir kita yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta berbeda-beda.

Ada yang menganggap logam gopean hanyalah logam gopean. Ada yang menganggap logam gopean sebagai penghias dompet atau laci kecil di dashboard mobil. Ada yang menganggap logam gopean sebagai alat antisipasi agar pengamen segera pergi atau tidak menganggu. Ada yang menganggap logam gopean pelengkap dikala duit kurang. Ada yang menganggap logam gopean tidak bisa membeli apa-apa. Ada yang menganggap satu logam gopean bisa membeli coki-coki kesukaannya. Ada yang menganggap logam gopean alat berharga disaat masuk angin. Ada yang menganggap logam gopean benda yang membuat tasnya berisik. Ada yang menganggap kehilangan logam gopean tidak mempengaruhi apa-apa. Ada yang menganggap kehilangan logam gopean sama saja kehilangan jatah makannya. Ada yang menganggap logam gopean benda sederhana. Ada yang menganggap logam gopean sederhana itu sesuatu yang patut disyukuri. Sehingga membuat gopean itu menjadi tidak sederhana lagi. Dan untuk gue sendiri, semenjak kejadian itu, logam gopean menjadi alat atau benda melihat kebahagiaan. Melihat seseorang mengucap syukur karenanya, benda bulat kecil itu. Logam yang bisa membuat seseorang mengucap nama Tuhannya dengan senyum diwajahnya. Seseorang yang notabenya sedikit kurang beruntung dari gue tapi dia dengan mudahnya mengucap kata syukur karena sebuah logam yang bernilai Rp.500.

Benda bulat bergambar bunga disalah satu sisinya yang bisa membuat gue melihat anak-anak kecil berlari sambil tertawa dan mendengar lirih mereka berkata "kita makan apa yaa.."

0 komentar:

Posting Komentar

 

(c)2009 Dian Mahardika. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger