Senin, 16 Mei 2011

Kemiskinan di Negaraku (Indonesia) 2008-2009



Martin Luther King [1960] mengingatkan, "you are as strong as the weakestof the people." Kita tidak akan menjadi bangsa yang besar kalau mayoritas masyarakatnya masih miskin dan lemah. Maka untuk menjadi bangsa yang besar mayoritas masyarakatnya tidak boleh hidup dalam kemiskinan dan lemah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin di Indonesia tahun 1996 masih sangat tinggi, yaitu sebesar 17,5 persen atau 34,5 juta orang. Hal ini bertolak belakang dengan pandangan banyak ekonom yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pada akhirnya mengurangi penduduk miskin.
Perhatian pemerintah terhadap pengentasan kemiskinan pada pemerintahan reformasi terlihat lebih besar lagi setelah terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Meskipun demikian, berdasarkan penghitungan BPS, persentase penduduk miskin di Indonesia sampai tahun 2003 masih tetap tinggi, sebesar 17,4 persen, dengan jumlah penduduk yang lebih besar, yaitu 37,4 juta orang.
Bahkan, berdasarkan angka Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2001, persentase keluarga miskin (keluarga prasejahtera dan sejahtera I) pada 2001 mencapai 52,07 persen, atau lebih dari separuh jumlah keluarga di Indonesia. Angka- angka ini mengindikasikan bahwa program-program penanggulangan kemiskinan selama ini belum berhasil mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia.
Saya akan memfokuskan membahas kemiskinan Indonesia pada saat periode Maret 2008-Maret 2009 J

·         Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2008-Maret 2009
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional 2008, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 35 juta. Tepatnya  sebesar 34,96 juta orang (15,42 persen) (perhitungan BPS maret 2008).  Sedangkan jumlah penduduk miskin pada Maret 2009 yang berjumlah 32,53 juta (14,15 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta.
Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan turun lebih tajam dari pada daerah perkotaan. Selama periode Maret 2008-Maret 2009, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,57 juta orang, sementara di daerah perkotaan berkurang 0,86 juta orang.
Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah. Pada periode Maret 2008 – Maret 2009, perubahan persentase penduduk miskin di perkotaan sebesar 0,93 persen, dan di perdesaan mencapai 0,58 persen.

·         Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2008-Maret 2009
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Selama Maret 2008-Maret 2009, Garis Kemiskinan naik sebesar 9,65 persen, yaitu dari Rp182.636,- per kapita per bulan pada Maret 2008 menjadi Rp200.262,- per kapita per bulan pada Maret 2009. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Bulan Maret 2008, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 74,07 persen, tetapi pada Bulan Maret 2009, peranannya hanya turun sedikit menjadi 73,57 persen.
Komoditi yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras. Pada Bulan Maret 2008, sumbangan pengeluaran beras terhadap Garis Kemiskinan sebesar 28,06 persen di perdesaan dan 38,97 persen di perkotaan. Selain beras, barang-barang kebutuhan pokok lain yang berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan adalah gula pasir (3,10 persen di perkotaan; 4,18 persen di perdesaan), telur (3,38 persen di perkotaan; 2,43 persen di perdesaan), mie instan (3,39 persen di perkotaan; 2,82 persen di perdesaan), tempe (2,56 persen di perkotaan; 2,14 persen di perdesaan), dan tahu (2,27 persen di perkotaan; 1,65 persen di perdesaan).
Pola yang serupa juga terlihat pada Bulan Maret 2009. Pengeluaran untuk beras masih memberi sumbangan terbesar terhadap Garis Kemiskinan, yaitu 25,06 persen di perkotaan dan 34,67 persen di perdesaan. Beberapa barang-barang kebutuhan pokok lainnya masih berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan, seperti gula pasir (2,83 persen di perkotaan; 3,72 di perdesaan), telur (3,61 persen di perkotaan; 2,68 di perdesaan), mie instan (3,21 persen di perkotaan; 2,70 di perdesaan), tempe (2,47 di perkotaan; 2,09 di perdesaan), dan tahu (2,24 persen di perkotaan; 1,60 persen di perdesaan).

·         Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.
Pada periode Maret 2008-Maret 2009, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 2,77 pada keadaan Maret 2008 menjadi 2,50 pada keadaan Maret 2009. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,76 menjadi 0,68 pada periode yang sama. Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.
·         Faktor Penyebab Kemiskinan
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya kemiskinan di suatu negara, diantaranya:
  1. Laju pertumbuhan penduduk
  2. Angkatan kerja, penduduk yang bekerja dan pengangguran. 
  3. Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan.
  4. Tingkat pendidikan yang rendah
  5. Kurangnya perhatian dari pemerintah.
Menghilangkan kemiskinan boleh dikata mimpi atau hanya janji surga. Tapi mengurangi kemiskinan sekecil mungkin bisa dilakukan. J

Sumber:
asmakmalaikat.com
suarapembaca.detik.com
wapesri.com
bbc.co.uk
choenayah.blogspot.com
Badan Pusat Statistik

Prospek Industri Kreatif Indonesia

Industri kreatif dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi isu yang menarik untuk diperbincangkan. Definisi idustri kreatif sendiri menurut Departemen Perdagangan pada studi pemetaan industri kreatif tahun 2007 adalah:
Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.

EKONOMI KREATIF
Indonesia negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia ini terus mengalami perkembangan. Pemulihan, perbaikan dan pengembangan di segala sektor terus digalakan. Hal ini tentu membawa dampak yang signifikan bagi kelangsungan perekonomian Indonesia. Tak dapat dipungkiri bahwa permasalahan ekonomi merupakan topik hangat pembicaraan para aktor perekonomian saat ini. Pemerintah pun telah berupaya mencari beberapa solusi guna mengatasi permasalahan-permasalahan perekonomian Indonesia.
Salah satu solusi yang ditawarkan oleh pemerintah yaitu program Ekonomi Kreatif. Konsep Ekonomi Kreatif sendiri merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan  ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya.
Ekonomi kreatif lebih menekankan kepada kreativitas, ide dan inovasi dari Sumber Daya Manusia (SDM) itu sendiri. Dengan adanya ekonomi kreatif kita akan menjadi semakin kreatif dalam menyajikan produk-produk dalam negeri dan ini juga dapat membuka pasar persaingan produk-produk baru yang lebih inovatif, sehingga kita dapat meningkatkan daya saing produk nasional dalam menghadapi pasar Internasional.
Selain meningkatkan daya saing produk nasional, ekonomi kreatif juga dapat membuka peluang seseorang untuk berwirausaha. Dengan adanya ekonomi  kreatif, banyak industri-industri kreatif yang bemunculan. Tentunya dengan banyaknya industri kreatif maka tentu saja hal ini akan membuka peluang untuk berwirausaha. Perlu kita ketahui bahwa budaya wirausaha yang tumbuh secara alami dalam suatu keluarga atau kelompok masyarakat Indonesia merupakan suatu aset yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Sebab, penumbuhkembangan budaya wirausaha sangat menjanjikan harapan cerah bagi terciptanya sumber daya manusia yang mandiri, kreatif dan inovatif.
Pemerintah telah meindentifikasi lingkup industri kreatif mencakup 14 subsektor:
1.      Arsitektur
2.      Periklanan
3.      barang seni (lukisan, patung)
4.      kerajinan
5.      desain
6.      mode/fesyen
7.      musik
8.      permainan interaktif
9.      seni pertunjukan
10.  penerbitan-percetakan
11.  layanan komputer dan piranti lunak (software)
12.  radio dan televisi
13.  riset dan pengembangan
14.  serta film-video-fotografi.


What They Say (Pendapat Para Pakar)
Andi S. Boediman, owner sekolah kreatif International Design School (IDS), berpendapat, industri kreatif dalam ruang lingkup kecil lebih banyak menjadi industri service di mana kreator melayani klien. Ia juga optimistis perkembangan industri kreatif di Indonesia bakal bagus mengingat kebutuhan juga berkembang, serta cocok untuk perusahaan berskala small medium enterprise (SME). ‘’Dengan kreativitas, bisnis bisa memberikan value yang lain dan tidak hanya berkutat dengan ‘harga’,’’ ujarnya. :)
Shinta W. Dhanuwardoyo, pendiri dan CEO Web Developer PT Bubu Kreasi Perdana (bubu. com) dan kini juga menjalankan plasa.com, mengatakan bahwa peluang dan prospek industri kreatif di Indonesia sangat luas. Dalam arti, ke depan masih banyak yang bisa dijalankan oleh para pemain di industri tersebut. ‘’Pemerintah sendiri turut mendukung industri ini. Apalagi dengan adanya internet dan dukungan teknologi informasi. Komunikasi bisa memberi kemudahan pada industri ini. Saya juga percaya Indonesia mempunyai banyak talenta luar biasa dari sisi kreativitas,’’ tutur Shinta. Kreativitas membantu bisnis memiliki sisi unik yang memberikan diferensiasi.
Ridwan Kamil, seorang arsitek dan urban planner, berpendapat bahwa industri kreatif di Indonesia memang berkembang pesat. Budaya kreatif memang seharusnya dikembangkan dalam masyarakat. Dari sisi bisnis, kekuatan kreatif itu terletak pada ide. Ide yang ada harus dikembangkan dengan kreasinya. ‘’Selain itu, kita juga harus jeli mencermati perkembangan zaman serta harus mempunyai rencana, apa yang harus kita buat untuk ke depan,’’ katanya.

Beberapa Prestasi
Tembus Pasar Italia: MACEF merupakan pameran perdagangan internasional produk tekstil, kerajinan tangan, perhiasan dan aksesoris untuk homeware, gift dan home decoration and design. Keikutsertaan Dekranas, dengan dukungan dari KBRI Roma dan ITPC Milan pada MACEF Milano, memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk memperkenalkan sekaligus membuka jalur-jalur distribusi baru bagi produk-produk industri kreatif Indonesia. Selama pameran berlangsung, Indonesia banyak mendapatkan kontak-kontak bisnis. Ketertarikan pelaku usaha terhadap produk industri kreatif Indonesia pada MACEF 2011, tidak terlepas dari sentuhan kreatif designer Indonesia Amaru dan Andi Lim yang telah memodifikasi tampilan produk kerajinan Indonesia, sehingga mampu bersaing di pasar internasional. Anjungan Indonesia tampil dengan dekorasi batik Jawa dan secara keseluruhan bernuansa merah dan putih. Kehangatan terasa bagi setiap pengunjung yang tertarik dengan produk Indonesia karena mereka dapat merasakan cita rasa Indonesia dengan menikmati suguhan berbagai makanan ringan dan kopi luwak Indonesia serta menyaksikan demo perajin anyaman ata dari Bali. 
Laskar Pelangi" Awali Promosi Industri Kreatif di AS: Film “Laskar Pelangi” diputar di National Geographic Forum Auditorium, di Washington DC, pada Rabu malam, yang menandai dimulainya promosi industri kreatif Indonesia di Amerika Serikat (AS). Dalam resepsi kegiatan yang menampilkan berbagai keunikan Indonesia yakni budaya, makanan, musik dan film itu ditampilkan gamelan dan Tari Pendet.
Mendag Mari Pengestu menjelaskan, promosi industri kreatif dengan menampilkan film yang merupakan salah satu dari 14 sektor industri kreatif yang dikembangkan pemerintah Indonesia. Melalui promosi itu, ia mengharapkan agar Indonesia tidak saja hanya menjadi lokasi pengambilan gambar untuk film yang diproduksi oleh sebuah produser utama film AS, tapi juga bisa terjadi adanya produksi bersama yang pastinya positif untuk pengembangan produksi film Indonesia. Dalam Festifal Film itu, selain Laskar Pelangi, juga akan diputar beberapa film terbaik Indonesia lainnya seperti Naga Bonar Jadi 2, Garuda di Dadaku, Denias, Pintu Terlarang.
Dukungan Teknologi Informasi dan Komunikasi: Pipin Girsang, seorang pengusaha furnitur asal Jepara yang menungkin saja namanya nyaris tak pernah terdengar, tapi justru lebih diakrabi staf pembelian dari perusahaan Whiskey Crown Royal. Bahkan, kontak terbaru pengusaha furniture ini datang dari Apple yang meminta dibuatkan casing untuk iPhone 3G. Andalan Pipin adalah laman perusahaannya yang beralamat di gabeart.com
Lain lagi dengan Diana Rikasari yang menjadikan blog sebagai media industri kreatifnya. Diana terkenal sebagai fashion blogger yang menjadikan blog sebagai media berekspresi dan berkreasi yang ternyata membuatnya terkenal dan banyak meraih penghargaan.

For Us
Remaja, mahasiswa/i, sebagai generasi penerus bangsa juga harus mampu menjalan industri-industri kreatif di Indonesia. Sebab, kitalah nantinya yang akan terus mengembangkan konsep ekonomi kreatif ini!! :)

sumber:

 

(c)2009 Dian Mahardika. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger