Selasa, 18 Juni 2013

Yang Terlupakan

Sadar engga sih kalau dalam hidup kita itu kita punya seseorang atau beberapa orang yang hanya kita datangin atau hubungin disaat-saat susah kita? Disaat kita perlu bantuan atau pertolongan. Disaat kita udah ditinggal tidur duluan sama gebetan/orang yang kita suka/orang yang kita sayang/pacar/mantan dan kita belum ngantuk baru kita milih untuk ngechat orang itu. Disaat kita lagi ditinggal atau dicuekin karena kesibukan orang-orang terdekat kita baru ingat nama orang itu. Punya engga orang itu? Orang yang kita ajak pergi disaat semua orang yang sudah kita ajak terlebih dahulu menolak atau tidak bisa, orang yang dekat dengan kita saat kita sedang tersakiti oleh orang-orang terdekat kita, orang yang kita pilih hadir di waktu-waktu sisa kita.

Kaya gimana ya rasanya jadi dia? jadi orang itu.. Dia pasti senang, dia pasti senang saat kita menghubunginya. Dia pasti bersyukur karena bisa berguna untuk kita saat kita meminta pertolongan atau bantuannya. Dia akan membalas chat kita meskipun itu tengah malam atau besok paginya dia akan minta maaf karena sudah terlebih dahulu tidur saat chat kita masuk ke handphonenya. Dia pasti tersenyum saat kita mengajaknya pergi bermain. Dia pasti tahu kalau kita sedang ada masalah dengan tingkah kita saat bersamanya dan dia akan berusaha untuk menghibur kita atau membuat kita melupakan masalah kita sesaat dengan caranya yang kadang tidak kita sadari. Dia akan selalu ada disana disaat kita memintanya untuk menemani kita. Dia tidak pernah menuntut jumlah waktu kepada kita, dia menikmati waktu yang kita sisakan kepada mereka, ya sisa..

Mereka engga pernah membenci kita saat kita jauh dari mereka. Mereka engga memusuhi kita saat kita melupakan mereka. Mereka engga menjelekan kita saat kita tertawa bersama orang lain. Mereka engga meminta balas saat kita pergi setelah mendapat bantuan mereka. Engga, mereka engga melakukan semua itu. Tapi ada satu hal yang selalu mereka lakukan, menunggu kita.. berdiri disana, di tempat kita selalu bisa menemukan dia. Ada disana..

Menanti kita untuk mengajaknya saat kita tertawa, menanti kita untuk menghubunginya disela kegiatan yang menyibukan kita, menanti kita mengundangnya dalam momen kebahagiaan kita, menanti kita untuk menjadikan dia orang pertama yang kita ajak pergi kesuatu tempat, menanti kita untuk memintanya berada bersama kita dan mendengar cerita-cerita menyenangkan yang kita punya. Menanti kita untuk kembali mengingatnya..

Dan setelah kita kembali mengingatnya, anda tahu apa yang akan dia lakukan? Dia akan kembali melakukan tugasnya seperti di paragraf kedua.

Meskipun kita hadir dalam kesedihan kepadanya dan sebenarnya itu juga membuatnya sedih tapi dia bersyukur kita memilihnya untuk membiarkan dia menghibur kita, memilih dia untuk mengisi waktu atau hari kita yang sedang membosankan. Memilih bersama dia saat tidak ada yang bisa menemani kita. Dan jangan lupa, dia juga ikut tersenyum saat melihat kita tersenyum.. meskipun saat itu kita lupa untuk memilihnya menjadi salah satu yang mengetahui alasan atau sebab senyuman itu hadir.

Simple.. tulisan ini saya buat untuk mengingatkan kita semua, saya juga anda, kalau ada saat dimana angka dua juga ingin menjadi angka satu. Kalau ada saat seseorang atau beberapa orang dalam kehidupan kita ingin hadir bukan sebagai "pemain cadangan" melainkan masuk dalam "tim utama".

Minggu, 16 Juni 2013

Life

Have you ever had a problem that keeps coming back to your life? I think we all have. At the beginning, I did not know why a problem should happen over and over again in someone’s life, but now I start to understand.

Whenever we are unable to solve a problem that comes in our lives and take the lessons we should learn out of it, the problem will keep coming back. Not to mention, when it comes back, the “size” would be much bigger than before. The problem will keep coming back because it forces us to learn the lessons it brings. For example, if we fail a course and did not learn the lesson on why we failed the course in school, someday we might fail on another course, big time.

Sometimes some of us decide to run from a problem, instead of solving it. But, would not it make things even worse? I can not imagine having the same problem coming into my life twice, let alone a bigger one. Most of the time, we can run but we cannot hide, because problems come to our lives to be solved. Problems come to our lives to teach us a lesson. They might be our “teachers”. Yet, what’s the point of attending a course if we do not learn from it? The difference it, this “course” comes in our lives voluntarily yet it must be attended and completed well, unless we would like to retake the course over and over again in the future (which would not be pretty, really). 

I have problems in my life. I am sure most of you too. The question is: are we ready to learn the lessons? Even better off, are we ready to share the lessons learned?

A lot of things happened, and all of them left a great impact in my life. I turned 22, I used to think that being a grown up is sad. I am a person who believes that being a child is somehow magical, and childhood is the best stage in our lives. Last year, I experienced some things that anyone would never experience. The good and the bad ones. I have learned a lot more about life now, about love, about relationship with others, about friendship, about relationship to myself, and even about relationship to God.

I learned so much. But sometimes, when it’s too much, you can’t handle it, because the cup is full and it can’t contain. Yet, I have always needed someone who could contain me. Ever since that day, I have changed, into something I don’t know yet exactly. And I am not really happy about that.

I now rarely use my feelings. Using my brain and mind would be enough, using my logical intelligence would be enough, using the rules would be enough. I keep my feelings somewhere else, for it to be safe, for it to be untouchable. I don’t know when I would want to open the treasure chest again. Because something in it is broken, and I desperately need a glue, or an ICU to make it fixed, to make it healed.

People acts as if they understand me, but they just dont. Because things like these dont happen in everyone's life. To be honest, I feel lonely. Really. I befriends with the musics and movies, blog and books, I don’t interact with human beings well. I do interact with them, but sometimes, my smiles are fake, my laughs are weird. I was never really, “happy”. 

I am trying to steal my old-self back, from something I don’t really know what. Well, we all have to admit that change is the only constant thing in this world. People told me that “change is good”, I don’t feel the same.

Lucky me that God is testing my strength, and I hope that what He does will make me strong gradually. Now you know my life is not perfect. I am just a human, like you. I am trying to make a difference, I am trying to make a betterment, in myself, in my surroundings, in my world. I want to be inspired, and I want to inspire others. I want to be seen as a strong, wonder girl. I want to have an impact in the society, no matter how small it is.

I magically believe that God has a great reason of why this is happening, and God has a cool plan for me. Let God writes the story, I think God is much better in us in terms of everything, including writing. And God writes real things, and I have to adapt with that.

Now I am trying to change, to become a better person, to be happier.. I now want to give and do things instead of wanting things. These are my dreams, for my 22.

-A

Senin, 10 Juni 2013

Rp 500

Sebenarnya gue udah lama pengen nulis tentang ini. Dan karena punya bakat nunda-nunda jadinya kelupa. Akhirnya tadi keingetan lagi karena satu sebab.

Lima ratus rupiah. Banyak teman gue yang sering nyia-nyiain duit logaman yang ada angka lima dan nol dua itu. Bagi mereka itu ngeberat-beratin kantong/dompet/tas mereka. Mereka rela ngasih gitu aja, ngeletakin gitu aja, atau bahkan ngebuang gitu aja logaman putih paling gede diantara semua duit logam itu. Gue termasuk ko. Dulu gue gitu, gue ga terlalu menganggap duit yang bahasa sehari-harinya disebut gopean itu berharga. Namanya juga cuma lima ratus rupiah. Masih banyak nilai mata duit yang lebih berharga dibanding lima ratus itu. Tapi bukan berarti gue ngebuang-buang duit gopean begitu aja, engga gitu juga. Gue ga pernah buang duit gopean, soalnya lumayan untuk ongkos. Gue cuma mikir ga ada yang spesial dari logam bernilai lima ratus itu. Sampai akhirnya suatu kejadian merubah pikiran gue, merubah pandangan gue terhadap 'gopean'.

Kejadian ini udah lumayan lama, gue adalah pemakai kendaraan umum untuk pergi kemana-kemana, especially ke kampus. Kadang naik kereta kadang naik angkot, naik kereta pas lagi banyak duit naik angkot pas udah jatuh miskin karena keseringan naik kereta. Kalau naik angkot gue akan melewati lampu merah yang detik lampu merahnya 3 kali lipat dari detik lampu hijaunya. Bukan berlebihan, em sedikit berlebihan sih, paling dua kali lipat lah, tapi ya yang pasti kalau pas lagi sial bisa kena berkali-kali lampu merahnya.

Nah hal itu dimanfaatin banget sama pengamen jalanan untuk mencari rejeki bagi mereka. Ya, berkat detik lampu merah yang lama itu banyak pengamen-pengamen di sekitar lampu merah itu. Kalau pas lampu merah mereka semua langsung sigap nyari angkot yang penumpangan lumayan penuh atau yang penumpangnya bermuka-muka 'bakal ngasih'.

Siang hari dalam perjalanan ke kampus ada seorang pengamen yang masuk ke angkot yang lagi gue naikin dan seperti pada umumnya pengamen, sehabis ngasih kata-kata pembuka ijin untuk sebentar ngamen, dia nyanyi. Suaranya standar sih, tampangnya juga standar pengamen, ga yang banyak tindik dimana-mana, tato memenuhi seluruh lengan, bau rokok, dan lain segala macam. Pengamen itu lumayan rapih, tapi ya rapih dalam arti untuk pengamen jalanan, kaos biasa, celana jeans bolong, kepala botak, dan muka yang sangar engga muka kalem juga engga. Karena mood gue lagi jelek saat itu, kepanasan dan kesel karena lampu merah yang lama, gue malas untuk sekedar ngecek dompet apa ada duit receh yang bisa dikasih. Dan selesai dia nyanyi, dia nyodorin tangannya ke masing-masing penumpang yang ada diangkot termasuk gue, dan cuma satu gopean yang dia dapat dari satu orang. Iya, cuma satu. Dari beberapa orang yang ada di angkot itu cuma satu yang ngasih, cuma satu logaman lima ratus yang dia peroleh. Dan kalian semua tau apa yang dia lakukan? bukan, dia ga turun dari angkot sambil mengumpat atau ngatain kita semua yang ada diangkot itu pelit. Dia ga ngancem kita dan minta kita yang ga ngasih untuk ngasih.

Dia bersyukur..
Iya dia bersyukur. Dia liat satu-satunya logam gopean ditangan dia itu, terus ngucapin kalimat yang akhirnya mengubah penilaian gue terhadap gopean.

"Alhamdullilah ya Allah"

Hari itu, siang itu, gue ngerasa Tuhan lagi ngasih liat gue sisi lain tentang kehidupan, sisi lain dimana kita sering lupa untuk ngeliat kehidupan dari sisi itu. Hal baru, pelajaran baru tentang kehidupan. Siang itu gue akhirnya tau satu hal, dari sebuah logam yang dicetak dengan angka lima dan dua buah mol disalah satu sisinya bisa membuat sebuah keajaiban. Bisa membuat seseorang bersyukur. Kegiatan yang begitu mudah kita semua lakukan dan begitu mudah juga terlupakan. Kegiatan yang begitu penting namun sering terabaikan. Kegiatan yang menurut kita hanya bisa kita lakukan ketika sesuatu yang besar terjadi, hal yang membawa kesenangan yang besar, namun sebenarnya kegiatan itu bisa kita lakukan dengan segala sesuatu yang ada disekitar kita. Apapun yang terjadi, Dia menginginkan kita untuk selalu bersyukur. Bersyukur kepada-Nya.

Siang itu akhirnya gue tau, dari duit gopean gue bisa melihat sebuah keajaiban. Melihat seseorang bersyukur, melihat betapa orang menghargai setiap apa yang dia hasilkan sekecil apapun itu, tidak mengeluh, tidak berkecil hati atau bersedih dengan nilai yang sebenarnya kurang mencukupi itu. Ada kalangan masyarakat yang menganggap duit logam lima ratus tak bernilai, sering terlupakan. Ada juga kalangan masyarakat yang bisa mengucap syukur untuk setiap kepingan logam yang mereka punya. Begitu bernilai, mungkin melebihi nilai yang tercantum dilogam tersebut bagi mereka. Selalu ada dua sisi, seperti duit logam yang memiliki dua sisi. Um sepertinya bukan cuma dua sisi, kehidupan tidak hanya mempunyai dua sisi, dia punya banyak sisi. Sisi yang diciptakan oleh kita, manusia, yang memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang satu hal yang ada dalam hidup ini. Satu hal bisa memiliki banyak makna dikarena kita memberikan arti yang berbeda-beda dengan cara berpikir kita yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta berbeda-beda.

Ada yang menganggap logam gopean hanyalah logam gopean. Ada yang menganggap logam gopean sebagai penghias dompet atau laci kecil di dashboard mobil. Ada yang menganggap logam gopean sebagai alat antisipasi agar pengamen segera pergi atau tidak menganggu. Ada yang menganggap logam gopean pelengkap dikala duit kurang. Ada yang menganggap logam gopean tidak bisa membeli apa-apa. Ada yang menganggap satu logam gopean bisa membeli coki-coki kesukaannya. Ada yang menganggap logam gopean alat berharga disaat masuk angin. Ada yang menganggap logam gopean benda yang membuat tasnya berisik. Ada yang menganggap kehilangan logam gopean tidak mempengaruhi apa-apa. Ada yang menganggap kehilangan logam gopean sama saja kehilangan jatah makannya. Ada yang menganggap logam gopean benda sederhana. Ada yang menganggap logam gopean sederhana itu sesuatu yang patut disyukuri. Sehingga membuat gopean itu menjadi tidak sederhana lagi. Dan untuk gue sendiri, semenjak kejadian itu, logam gopean menjadi alat atau benda melihat kebahagiaan. Melihat seseorang mengucap syukur karenanya, benda bulat kecil itu. Logam yang bisa membuat seseorang mengucap nama Tuhannya dengan senyum diwajahnya. Seseorang yang notabenya sedikit kurang beruntung dari gue tapi dia dengan mudahnya mengucap kata syukur karena sebuah logam yang bernilai Rp.500.

Benda bulat bergambar bunga disalah satu sisinya yang bisa membuat gue melihat anak-anak kecil berlari sambil tertawa dan mendengar lirih mereka berkata "kita makan apa yaa.."

Rabu, 05 Juni 2013

Sederhana Saja

Aku suka hal sederhana. Agar aku bisa bahagia dengan hal-hal kecil sekitarku, tanpa perlu menunggu hal besar terjadi. Seperti kemarin, saat seorang sahabat meminta kepadaku menemaninya untuk menemaninya ke pom bensin. Mungkin itu kegiatan biasa saja, tapi bagiku itu berarti. Menikmati angin malam, duduk bersama berdekatan dalam satu motor, melihat langit malam yang sedang dipenuhi bintang, melihat lampu-lampu kendaraan juga bangunan-bangunan sekitar, meskipun tidak memakan waktu perjalan lebih dari 30 menit, tapi itu cukup membuatku tersenyum. Apapun.. asal bersama sahabat, seorang yang kau sayang, meski itu hanya 5 menit, bagiku itu tetap berarti.

3 tahun lalu aku pernah berkata kepada 4 teman terdekatku bahwa aku ingin berkerja di Starbucks, berdiri di depan pintunya dan mengucap selamat datang kepada setiap pembeli yang datang. Lalu mereka berkata "keinginan lo cetek banget" Bukannya tidak ada hukum yang menyuruh kita untuk mengingkan sesuatu yang besar? Aku sering melihat mereka, para pekerja Starbucks yang berdiri depan pintu dan membukakan pintu bagi para pendatang kedai kopi tersebut dengan senyum ramah mereka, bukankah itu pekerjaan yang besar sebenarnya? Memberikan senyum dan mempersilahkan masuk setiap orang yang datang setiap harinya.

Beberapa hari yang lalu aku menulis menginginkan seorang pria yang bisa tersenyum saat hujan turun. Kenapa bukan pria yang kaya? Kenapa bukan pria yang tampan? Kenapa bukan pria yang bertubuh tinggi? Kenapa bukan pria yang berkulit putih? Kenapa bukan pria yang menjadi idola banyak wanita? Kenapa bukan pria yang ku sukai? Karena aku bukan wanita pintar yang bisa membuat pria kaya terpikat, karena aku bukan wanita cantik yang bisa membuat pria tampan menoleh, karena aku bukan wanita bertubuh ideal yang bisa membuat pria bertubuh tinggi tertarik padaku, karena aku bukan wanita berwajah mulus yang bisa membuat pria berkulit putih mendekatiku, karena aku bukan wanita dambaan yang bisa membuat pria idola memilihku, karena seorang pria yang kusukai belum tentu yang terbaik untukku. Aku ingin dia yang bisa tersenyum saat hujan turun, dia yang bisa melakukan hal sederhana tersebut disaat hampir semua orang melupakannya.

Hari ini seorang sahabat mengajakku pulang melewati jalan baru yang belum pernah kulewati sebelumnya. Meskipun hanya sebuah jalan tikus atau jalan pintas tapi aku mengucap terimakasih untuk hal itu kepada Tuhan. Bertambah lagi hal-hal baru yang aku lihat, rumah-rumah baru, orang-orang baru, nama tempat makan baru, nama-nama jalan baru, pemandangan baru, toko-toko baru, hal-hal yang ditangkap oleh mataku saat melewati jalan itu semuanya baru bagiku. Ketika masih kelas satu, Ayah masih sering mengantarku sampai ke kampus, hampir setiap hari beliau membawaku ke kampus melewati jalan pintas yang berbeda-beda. Dan itu membuatku ingin memeluknya dari belakang dan mengucapkan terimakasih. Terimakasih telah membawaku setiap harinya melihat hal baru, menemukan hal baru. Rumah-rumah berpagar jaman tahun 90-an, rumah-rumah besar, pohon-pohon aneh, senyum ramah seorang Bapa yang sedang berjalan saat melewati perkampungan. Aku suka saat-saat harus kesasar, aku dan Ayah akan bertanya kepada tukang ojek atau warga perumahan yang sedang berjalan di perumahan yang kami lewati, atau bahkan satpam komplek. Setelahnya aku tertawa kecil dibelakang punggung Ayah, dan mengetahui bahwa semua jalan pintas yang baru aku tahu ternyata juga baru beliau coba lewati hari itu. Tidak perlu pergi ke tempat wisata yang baru, tidak perlu berjalan-jalan keluar kota, tidak perlu melakukan perjalan jauh ke suatu tempat asing. Melewati jalan pintas atau jalan tikus atau jalan alternatif baru dengan Ayah atau dengan sahabat-sabahat yang selalu berbaik hati memberikan tumpangan pulang merupakan perjalanan istimewa bagiku.

Aku tidak ingin menjadi pacar yang cantik bagi seseorang kelak, aku tidak ingin menjadi pacar bertubuh ideal bagi seseorang kelak, aku tidak ingin menjadi pacar yang memiliki wajah yang cerah dan mulus bagi seseorang kelak, aku tidak ingin menjadi pacar stylish yang berpakaian menarik dengan berbagai macam baju yang bermerk bagi seseorang kelak, aku tidak ingin menjadi pacar yang terbaik bagi seseorang kelak. Karena kalau aku mengingkan hal itu, seseorang itu bisa mendapatkan yang lebih dariku kelak dan meninggalkanku. Yang kuinginkan, hanya menjadi gadis sederhana, pacar sederhana, sesederhana keinginanku untuk selalu berada disampingnya.

Aku ingin bahagia, keinginan utama semua manusia dimuka bumi ini. Keinginanku juga. Aku ingin bahagia dengan cara sederhana, tanpa perlu dengan terlebih dahulu berkerja menjadi guberbur BI, seorang pria tampan dan mapan yang menyukaiku, pergi berkeliling Indonesia, menjadi pacar yang membuat semua orang sirik bagi seseorang. Aku hanya ingin bahagia dengan cara sederhana, sesederhana senyuman yang muncul saat mengakhiri doa sebelum tidur. Doa sebelum tidur kita semua..

Mari tersenyum saat mengucap terimakasih untuk satu hari yang telah berlalu, kepada-Nya..

Friendship

Adik sepupu gue bertanya ke gue

"Kak suka film kartun binatang?"
"Suka, kenapa?"
"Yang Kakak suka apa?"
"Madagascar, Ice Age, Lion King, banyak"
"Sama Kak aku juga suka Madagascar sama Ice Age.."

Dalam hati ("iyalah secara elo dan gue nonton perdana film itu bareng")

Yang mau gue bahas disini adalah bukan tentang hasil dari dialog gue dan ade sepupu gue itu. Yang pengen gue ceritain adalah tentang salah satu judul film yang gue sebut didialog gue bersama ade sepupu gue itu.

Pas gue nyebut Madagascar, gue langsung keinget salah satu adegan yang paling paling paling suka! Ya, adegan yang menurut gue sweet abis tentang persahabatan si Alex dan Marty. Kalau ada yang belum pernah nonton, Alex itu seekor singa si Marty zebra.

Ada adegan di film kedua mereka yang judulnya Escape 2 Africa dimana si Marty lagi ngambek ke si Alex, Marty ga main sama Alex, dia milih gabung sama teman-teman zebranya yang lain yang jumlahnya hampir ratusan. Terus si Alex ini datang nyamperin si Marty pengen minta maaf sama sekalian pengen minta tolong ke Marty. Nah, dia bingung mana yang Marty, namanya juga kerumunan zebra, bentuk dan semua warna mereka sama. Si Alex teriak-teriak..

"Marty Marty dimana kamu? aku tahu kau mendengarku, Marty jawablah aku."
Si Alex teriak ke kerumunan zebra yang jumlahnya ratusan itu ceritanya.

Terus sebenarnya si Marty ini emang ada dalam kerumunan zebra itu, dan dia juga denger, tapi karena dia lagi ngambek dia ga mau nyaut, dia milih tetap diam dan jadi kaya zebra-zebra lainnya yang ga peduliin Alex yang lagi teriak-teriak.

Alex terus teriak, sampe akhirnya dia nyerah. Dia jalan pengen ninggalin kerumunan itu, terus akhirnya dia balik badan dan bilang "Aku tahu kau disana, aku tahu kau mendengarku, aku minta maaf soal bla bla bla..."

Pokoknya pas Alex lagi ngucap kata maaf gitu tiba-tiba dia berenti ngomong, "aku melihatmu! ya kau disana! kau yang berada bla bla bla bla, itu kau! Marty!"

Terus si Marty kaget dan nengok ke si Alex, Alex senyum senang, akhirnya dia bisa nemuin mana Marty.

Terus si Marty nanya "bagaimana kau mengenali ini aku?"

"Karena zebra yang lainnya memiliki belang hitam putih, sedangkan kau satu-satunya yang memiliki belang putih hitam."

Nangkep ga?

Jelas-jelas warna semua zebra sama. Mau kita bilangnya belang putih hitam ataupun hitam putih semua, itu sama aja, warna mereka belang. Tapi disitu Alex ngomong kaya gitu dengan maksud, Marty satu-satunya yang berbeda dari zebra yang lainnya, karena Marty sahabatnya. Dia bisa ngenalin Marty diantara ratusan zebra lainnya yang punya bentuk dan warna sama kaya Marty karena Marty sahabatnya. Sahabat yang punya warna sama dengan zebra lainnya belang hitam putih, tapi bagi Alex warna Marty belang putih hitam.

Ya, karena kalimat terakhir itu gue suka adegan itu. That sweet for me. Friendship..

Adegan Marty dan ALex diatas itu kurang lebih kaya gitu, kalau ditonton ga kaya gitu persis dialog sebenarnya.

Dalam film animasi yang mengambil tokoh hewan kebanyakan memberi pesan tentang persahabatan. Yang meskipun berbeda (berbeda jenis spesies) mereka tetap bisa membuat satu kesatuan, kumpulan, bersahabat, berteman, berpetualang bersama. Friendship..

Ice Age juga, di tulisan tentang kebahagiaan gue cerita dialog Diego tentang Sid yang menurut gue juga sweet banget. Well, sampai kapanpun gue akan tetap jadi penggemar film-film animasi. Engga selalu film-film animasi itu film yang dikhususkan untuk anak-anak, andaikan lebih teliti lagi, film-film animasi kaya gitu yang bisa mengingatkan kita akan sesuatu yang hampir kita lupain dalam proses kedewasaan kita.

Kita boleh beranjak menjadi dewasa, berpikir dewasa, bertingkah dewasa, tapi jiwa anak-anak dalam diri kita ga boleh hilang, karena itu satu-satunya yang membuat kita untuk selalu bisa menikmati kehidupan ini.

Itulah pesan Spongebob yang gue tangkep di lagunya pas adegan akhirnya dia berhasil ngancurin helm-helm buatan Plankton di film Spongebob The Movie "bebaskanlah jiwa anak-anak dalam dirimu." Salah satu penggalan liriknya.

So, thank Disney-Pixar, DreamWorks, Blue Sky, yang sudah memproduksi banyak film animasi yang membuat gue dan sepupu kecil gue juga keluarga besar gue berkumpul bersama menontonya. Yah, film apalagi yang bisa ditonton satu keluarga rame-rame dan bisa ngerti semua selain film animasi kan?

Banyak hal yang gue pelajari secara tidak langsung, dalam semua film animasi, dan pelajaran yang selalu, selalu, selalu, selalu, gue terima disemua film adalah...

Sebuah akhir selalu indah. Pasti indah.

Senin, 03 Juni 2013

Rain

Pernah baca buku Rectoverso? buku kumpulan puisi-puisinya Dewi Lestari. Sebenarnya gue ga terlalu nangkap sih cerita buku itu. Buku itu terdiri dari beberapa cerita yang tokohnya berbeda.

Nah ada salah satu cerita yang gue suka dari buku itu, cerita tentang dia seroang cewek yang punya sebuah impian sederhana, yaitu dia pengen suatu saat nanti ada cowok yang bawain dia segelas air putih ketika dia sakit.

Menurut dia itu yang dia cari, yang dia cari adalah seseorang yang ngelakuin itu saat dia sakit, yang bawa segelas air putih itu. Bukan seseorang yang ganteng, mapan, atau lain-lainnya.

Dan sama halnya kaya si tokoh itu, gue sebagai seorang wanita juga punya sebuah mimpi sederhana tentang seseorang.

Kalau tokoh wanita itu mengharapkan ada seseorang yang bawa segelas air putih untuk dia ketika dia sakit, gue.. Gue mengharapkan dia, seseorang yang tersenyum saat hujan turun ketika bersama gue. Ya, seseorang yang tersenyum saat hujan turun.

Gue suka hujan. Suka. Suka banget. Gue suka hujan turun ketika gue lagi bersama orang-orang yang gue sayang, ketika gue lagi ngumpul di dalam rumah bersama keluarga gue, ketika gue lagi ngumpul bersama sahabat-sahabat gue, ketika gue lagi menghabiskan waktu bersama mereka orang-orang terdekat gue.

Tapi rasa suka gue sama hujan akan lenyap gitu aja ketika gue harus kejebak hujan sendirian. Ga suka. Ga suka banget. Rasanya sepi. Sedih. Ga ada yang bisa lo ajak ngobrol. Lo cuma berdiri diam kaku mandangin air hujan yang turun. Waktu lo kebuang sia-sia tanpa seseorang atau sesuatu yang bisa lo lakuin. Gue ga suka.

Gue pernah bilang ke seorang teman "hujan itu tuh nyenengin ketika kita kejebak sama orang yang tepat."

Lalu teman gue ngasih sebuah pertanyaan "elo orang yang tepat ga untuk seseorang?"

Disitu gue langsung mikir, iya ya, apa selama ini ada orang yang senang hujan turun pas dia lagi sama gue. Apa selama ini mereka orang-orang yang bikin hujan menyenangkan bagi gue juga ngerasain hal yang sama. Iya ya, ada ga ya diluar sana yang nganggep gue ini orang yang tepat untuk dia pas kejebak hujan.

Sambil ngeliatin air hujan dari pintu kaca kampus sore hari itu sama teman gue, gue bilang ke diri gue sendiri, kelak gue akan tau seseorang itu ada ketika gue liat dia senyum saat hujan turun. Karena gue disampingnya.

Dan gue, gue akan selalu tersenyum dan mengucap syukur ketika hujan turun, supaya Tuhan tau, orang-orang yang saat itu bersama gue adalah orang-orang pemberian-Nya yang berharga bagi gue. :)

 

(c)2009 Dian Mahardika. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger