Senin, 24 Desember 2012

Contoh Catatan Kaki Dalam Novel

..Sebenarnya, aku cukup lama kenal sama Anto, tapi baru kali ini aja punya waktu berduaan. Lama-lama, kayaknya kita bisa cocok bahkan melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Ada hal yang menarik dari diri Anto.
Selama kenal dia [dan diam-diam meneliti perilaku teman-teman sekelas] sebenarnya dia termasuk ke dalam kasta orang yang termaginalkan, tersisihkan, dan tertindas. Rada heran juga dia sekarang baik bener. Harusnya, dia membenci atau bahkan mensyukuri kesengsaraan diriku ini. Gimana gak. Dalam satu minggu, dia yang paling sering digangguin, dijadiin bahan ketawaan, dan lain sebagainya. Si Anto lama-lama bisa jadi Vijay Singh (1).
Orang-orang (termasuk aku) hobi banget ngasih nickname asal buat si Anto. Misalkan, Anto biadab, Anto = anak tolol, Anto bodoh, dan lain sebagainya. Gak cuman penindasan nama baik, penindasan fisik pun dia sering terima. Kayak keseringannya dia dipukilin (maksudnya sih becanda) cuman gara-gara salah ngomong (dengan maksud Anto, becanda juga).

"Ada yang tau istilah sarkofagus(2)?" waktu itu Pak Guru Sejarah bertanya, setelah setengah jam menerangkan pelajaran kepada para murid, yang direspon dengan uapan (maksudnya menguap) dan rasa bosan tingkat tinggi. Bahkan disinyalir sampai menimbulkan sindrom seringnya-permisi-mau-ke-belakang-Pak.
Tanpa mengacungkan tangan, si Anto nyeletuk dari bangku belakang "Tempat dayang-dayang bersemayam." Suasan menjadi cair!
Kebanyakan orang, tanpa instruksi apa-apa, langsung bergerak ke bangku si Anto [dia duduk sendirian] untuk sekedar menjitak, menjambak rambut, bahkan memukul (meskipun maksudnya becanda) dan yang cewek menimpuk pake kertas. Aku pun sama si Budi sempet-sempetnya [dari bangku jajaran depan] ikut mengigit kakinya (?). (Padahal kita gak tahu kenapa kita harus melakukan itu)

"Hey. Hey. Kalian apa-apaan." Pak Mar langsung meredakan suasana.
Anak-anak biadab (including me) langsung kembali duduk ke bangku masing-masing sambil ketawa-tawa. Terhibur. Si Anto cuman nyengir sambil merapihkan bajunya yang kusut. (Aku cuman gak habis pikir. Di tiap kelas di sekolahan, di mana pun itu, pasti ada aja orang yang termasuk spesies si Anto, bener gak?)


(1) Seorang anak berumur 13 tahun. Korban penindasan teman-teman sekolahannya, yang menggantung diri pada pegangan tangga di rumahnya. Berikut catatan terakhir dari buku harian sang korban. Senin: uangku diambil. Selasa: namaku diolok-olok. Rabu: seragamku dirobek-robek. Kamis: tubuhku bersumbah darah. Jumat: semua berakhir. Sabtu: kebebasan. *dikutip dari buku Penindas, Tertindas, Dan Penonton, karangan Barbara Colloroso
(2) Peti mati purbakala

diambil dari buku novel  Cerita Bodor Siswa Aktif, Sonny Sonata, hal 70-71.

Contoh Kutipan Pada Sebuah Artikel

Industri Kreatif - Sumber Daya Manusia Jadi Kendala

Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia menjadi kendala utama pengembangan industri kreatif. Kendala tersebut harus menjadi perhatian bersama karena kontribusinya bagi perekonomian nasional cukup signifikan.
Hal tersebut disampaikan Wakil Presiden Boediono saat membuka Pekan Produk Kreatif Indonesia, di Jakarta, Rabu (21/11). "Mari kita menyatukan langkah untuk mengatasi masalah-masalah itu secara sungguh-sungguh, sistematis, dan terkoordinasi. Usia pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia masih sangan muda. Tak heran jika masih banyak kendala. Potensi ini harus kita pahami dan yakini bersama dalam setiap rencana pengembangan ekonomi kreatif ke depan." paparnya.
Menurut dia, sebagian besar sumber daya manusia (SDM) industri kreatif belajar secara otodidak sehingga kualitasnya belum cukup merata. Selain SDM, kendala lain yang juga perlu disikapi adalah perlindungan atas hak kekayaan intelektual kurang, infrastruktur teknologi informasi belum kompetitif, serta dukungan pembiayaan masih minim.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatid Mari Elka Pangestu mengatakan, sektor ekonomi kreatif merupakan sektor keempat terbesar dari 10 sektor ekonomi nasional dalam hal penyerapan tenaga kerja setalah sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, perdagangan, hotel dan restoran, serta jasa. sektor ekonomi kreatif menyerap tenaga kerja melalui terciptanya usaha-usaha baru. Subtektor yang menyerap tenaga kerja terbesar adalah subtektor fashion, kuliner, dan kerajinan dengan pertumbuhan tertinggi disubtektor kerajinan sebesar 1,42 persen.
Mari juga menyoroti maraknya pembajakan yang menyebabkan minimnya kontribusi dari subtektor film, video, dan fotografi terhadap produk domestik bruto. "Kegiatan pembajakan menyebabkan sektor ini tumbuh pesat, tetapi memiliki kontribusi yang masih kecil," ujarnya.
Kepala Balai Pasar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia Kementerian Perdagangan Parluhutan Tado Sianturi mengatakan, untuk mendukung ekspor produk fashion, pihaknya menyelenggarakan kegiatan adaptasi produk di sejumlah sentra industri batik. (ENY/ATO)



Diambil dari harian Kompas, 22 November 2012.

Selasa, 04 Desember 2012

Praday & Kepin


Nama dari dua orang yang mengajarkan gue tentang bagaimana menikmati hidup dengan hal-hal kecil disekitar kita.
Dua orang unik, lucu, konyol, idiot, lincah, absurd, dan masih banyak lagi penjelasan tentang mereka yang susah untuk diekspresikan dalam sebuah kata.
Dua orang pencipta kata-kata aneh. Dua orang yang bisa tertawa hanya karena berhasil menyatukan huruf-huruf dan membentuk satu kata yang terdengar lucu, atau lebih tepatnya janggal.
Dua orang yang dengan bebasnya teriak-teriak. Nyeruin apa yang ada dikepala mereka.
Dua orang yang menyanyikan lagu yang sama dan mengeluarkan ekspresi yang berbeda.
Dua orang yang bersahabat. Bersaudara. Yang saling mendukung dan membanggakan satu sama lain.
Dua orang yang tertawa seakan-akan hal yang mereka tertawakan adalah hal yang paling lucu sedunia.
Dua orang yang membuat gue merasa beruntung ketika ada diantara mereka. Yang ngebuat gue lupa untuk sementara waktu akan ketakutan dan kegelisahan gue. Dua orang yang berhasil bikin gue merasa jadi wanita paling bahagia tertawa tiada henti bersama mereka. Dua orang yang membuat gue akhirnya tau, kebahagiaan itu bukan terletak di orang yang menurut kita bisa membuat kita bahagia, tapi bahagia itu didalam diri kita. Pilihan kita. Cara kita menikmati dan menjalani kehidupan ini. Ya, dua orang unik itu tanpa sadar mengajarkan gue banyak hal. Termasuk juga mengajarkan gue bahasa-bahasa anak cowok yang seharusnya cewek ga perlu tau.
…..
Berawal dari perkenalan diawal bulan Maret lalu. Mereka berdua adalah teman band dari 2 teman dekat. Beberapa kali ikut dua teman dekat gue latihan band distudio dan otomatis ketemu dengan Praday & Kepin, membuat dua orang itu bukan lagi jadi orang asing dalam kehidupan gue. Pembawaan mereka berdua yang welcome dan easy going bikin gue ga perlu waktu lama untuk akrab sebagai teman dengan mereka.
Hari sabtu lalu band mereka (2 teman gue, Praday & Kepin+additional keyboardist mereka Dhani & 1 temannya) ada job manggung ke Bekasi. Berhubung setiap hari sabtu selalu malas pulang cepat ke rumah yang hampir setiap weekend sepi karena ditinggal orang rumah yang semua punya acara masing-masing diluar, maka gue minta ke mereka untuk ikut ke Bekasi. Dengan rombongan 2 mobil kami berangkat dari kampus sekitar pukul 1 siang ke Bekasi. Dan disitulah petualang gue bersama Praday & Kepin dimulai..
Siang itu entah malaikat jenis apa mempersatukan gue, Praday, dan Kepin dalam satu mobil. Kali pertama dilepas sendirian bersama dua orang itu. Biasanya dua teman gue selalu ada diantara kami. Dan ternyata bersama dua orang itu tanpa pengawasan dua teman gue adalah hal baru yang seruuuu. Awalnya gue pikir akan absurd atau ada kecanggungan. Tapi 5 menit setelah Kepin masuk ke mobil pikiran itu hilang. Yang gue inget setelah itu adalah cuma ketawa, ketawa, ketawa, ketawa, dan teriak. Banyak hal yang kami tertawakan. Ga berenti-berentinya geleng kepala, heran dengan semua hal yang bisa membuat mereka tertawa geli. Bahkan Kepin sampai harus ngeluh sakit perut saking gelinya ketawa.
Sepanjang perjalanan hari itu gue menikmati waktu bertiga gue bersama dua orang gila itu. Ciptain bahasa baru, nyanyi, tukeran cerita, isengin satu sama lain, teriakin hal-hal ga jelas, ngasih pertanyaan absurd, ngobrolin hal-hal baru. Meskipun sepanjang perjalanan mereka selalu bilang kalau gue ini cowok, tapi mereka tetap ngelakuin tugas dasar mereka sebagai cowok, ngelindungin. Waktu tangan gue kejepit pintu mobil, Praday dengan muka panik berusaha nenangin dan minta maaf ke gue, dia terus-terusan ngelus bengkaknya, dia berusaha ngibur gue yang lagi kesakitan dengan cerita dia untuk sekedar ngalihin gue dari rasa sakit dijari, “gue tadinya mau make baju kaya lo Yan, persis banget, warnanya juga sama, kaya gini, tapi gue takut keliatan seksi” haha Praday Praday.
Kepin juga ngelakuin hal yang sama ditempat makan, dia matiin rokoknya yang sebenarnya masih sisa banyak, sambil bilang “Yuk masuk kasihan Dian udah kelaparan” padahal gue ga nyebut kata lapar. Gue pikir yang bisa mereka lakuin cuma ketawa, tapi ternyata mereka juga bisa berperilaku sebagai cowok normal. Ada hal lucu dari Praday, setiap gue hilang Praday selalu panik, ditempat makan habis selesai dari toliet gue papasan sama Praday, gue pikir dia mau ke toilet ternyata dia nyariin gue, “Yan lo darimana, ayo pilih makanan dulu” sambil megang lengan atas gue. Gue ketawa geli. Praday kaya Bapak-Bapak yang baru aja nemu anaknya yang hilang habis main entah kemana dan nyeret gue seakan-akan gue anak ini umur 5 tahun. Pas duduk-duduk diluar tempat makan dia sambil bercanda bilang “gue sampe 20 kali keluar masuk itu nyariin elo Yan” nunjuk tempat permainan anak yang ada bola-bola dan perosotannya. Haha dua orang itu.
Kepin adalah pria kurang beruntung hari itu yang bertugas mengantar gue sampai rumah. Perjalanan dimana cuma tinggal gue dan Kepin diisi dengan curhat colongan Kepin tentang gebetannya. Ada rasa senang malam itu, perasaan yang udah lama ga gue rasain. Perasaan dipercaya, perasaan hangat berbagi cerita, perasaan ngerasa diandelin. Semenjak kejadian dimana gue dihadapkan dengan kenyataan orang-orang sekitar gue adalah orang-orang bertopeng rasa percaya gue mulai memudar. Gue mulai takut untuk percayain cerita kehidupan gue sama orang. Gue jadi tertutup. Tapi ternyata tanpa sadar selama gue bareng Kepin & Praday, mereka bikin gue jadi sedikit terbuka.
Gue bersyukur akan hari itu ke Tuhan. Bersyukur akan kesempatan yang Dia kasih untuk gue belajar dari Praday&Kepin. Ngerasain perasaan yang udah lama gue ga rasain. Meskipun cuma satu hari itu dan ga sampai 24 jam tapi mereka berhasil mengingatkan gue akan hal penting yang hampir gue lupain. Satu-satunya cara terbaik untuk bahagia adalah dengan menikmati hidup ini J Thank you Praditya Putra & Kevin Bukhari.

 

(c)2009 Dian Mahardika. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger